Membangun Budaya membaca, menulis Kader IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BIMA

Kamis, 17 Desember 2015

Kisah Penciptaan Alam Semesta Versi Suku Aztec

Inilah Kisah Penciptaan Alam Semesta 

Versi Suku Aztec

Aztec digunakan untuk merujuk suku-suku yang berasal dari wilayah Meksiko tengah. Istilah ini juga digunakan untuk mengidentifikasi tujuh suku Chichimec dan semua penduduk yang tinggal di kota kuno Tenochititlan. Budaya Aztec didiga berasal dari wilayah sekitar Arizona, Nevada, New Mexico, dan Colorado.
aztec universePeradaban Aztec dikenal maju karena kemampuan mereka membangun kota dengan detail yang rumit.
Orang Aztec dikenal memuja banyak dewa dan dewi. Menurut kepercayaan mereka, setiap dewa mewakili aspek kehidupan yang berbeda.
Suku Aztec memiliki mitologi sendiri perihal asal mula penciptaan alam semesta. Seiring waktu, mitos penciptaan ini semakin banyak memiliki variasi. Pada dasarnya, mitos penciptaan Aztec berkisar dari siklus kelahiran, diikuti oleh kematian, dan kemudian kelahiran kembali.

Hydra dalam Mitologi Yunani

Kisah Hydra dalam Mitologi Yunani

Dalam mitologi Yunani, Hydra atau Lernaean Hydra adalah monster yang memiliki banyak kepala dan sering meneror pengunjung di dekat danau Lerna. Mengalahkan Hydra merupakan pekerjaan sulit karena dua kepala akan tumbuh saat satu kepala terpotong. Kisah menyatakan bahwa Hercules lah yang pada akhirnya mampu membunuh Hydra. Hercules berhasil mengalahkan Hydra dengan membakar leher monster ini menggunakan obor sebelum kepala baru memiliki kesempatan untuk tumbuh.
Hercules membunuh Hydra dalam rangkaian 12 kerja (12 labors) yang harus dia tuntaskan. Hydra adalah sebuah figur mitologis abadi. Istilah “hydra” juga digunakan untuk menggambarkan tantangan yang semakin besar dan sulit untuk ditangani. Dalam kebanyakan versi, Hydra adalah anak dari Typhon dan Echidna dan memiliki tugas menjaga pintu masuk dunia bawah (underworld). Makhluk ini digambarkan memiliki lima hingga banyak kepala, meskipun dalam banyak kisah, sembilan kepala merupakan jumlah yang umum diterima.

Jumat, 04 Desember 2015

Islam Indonesia dan Kulturalisme
Oleh: Muhammad Alifuddin


Hubungan politik antara Islam dan negara di Indonesia pada sebagian besar babakan sejarahnya merupakan cerita antagonisme dan kecurigaan antara satu dengan yang lainnya. Hubungan yang tidak harmonis ini terutama, tetapi tidak seluruhnya, disebabkan oleh perbedaan pandangan para pendiri republik ini – yang sebagian besarnya muslim – mengenai negara Indonesia merdeka yang dicita-citakan. Salah satu butir terpenting dalam perbedaan pendapat di atas adalah apakah negara ini bercorak “Islam” dan “nasionalis”. Konstruk kenegaraan pertama mengharuskan agar Islam, karena sifatnya ynag holistik dan kenyataan bahwa agama itu dianut oleh sebagian besar penduduk, diakui dan diterima sebagai dasar idiologi negara. Tetapi atas pertimbangan bahwa Indonesia adalah negara yang secara sosial-keagamaan bersifat majemuk, maka – demi persatuan nasional – konstruk kenegaraan kedua menghendaki agar Indonesia didasarkan atas Pancasila, sebuah idiologi yang sudah didekonfessionalisasi.
Pertautan perpolitikan terjadi bergitu panjang, Polemik yang menyangkut berbagai ide dan tujuan ini mewarnai corak perkembangan politik, yang berkirar pada masalah peranan Islam, hubungan antara agama dan negara, corak nasionalisme, serta ideologi yang diperlukan dalam menata suatu negara kebangsaan. Meski demikian, petimbangan tentang makna sebuah idiologi sangat di perlukan untuk suatu kehidupan yang menjembatanai kekuatan-kekuatan Illahiyah dalam membantu mengatur keharmonisan bumi Indonesia. Sejenak menjadikan islam sebagai suatu idiologi sosial yang menempatkan derajat manusia di atas segala dengan berasaskan pada syari`at islam dalam menyonsong masyarakat Ideal atau masyarakat madani, entah hari ini menjadi di lembagakan dalam konstitusi kenegaraan Indonesia yang berkembang dalam mimpi yang fatamorgana. dengan melihat gejolak sosial yang sampai hari ini telah menyengsarakan posisi islam sebagai agama rahmatan Lil-Alamin, diskriminasi dan isu-isu misionaris yang meracuni sosial kita dengan budaya-budaya asing yang membunuh karakter suatu bangsa.

Prinsip Ketidakpastian


Penulis: Muhammad Alifuddin

Pukulan maut yang menjatuhkan mekanika Newtonian dari tahtanya sebagai sebuah teori universal dilancarkan oleh Einstein, Schrödinger, Heisenbergh dan lain-lain ilmuwan yang membidani kelahiran mekanika kuantum di awal abad ke-20. Perilaku “partikel-partikel elementer” tidaklah dapat dijelaskan oleh mekanika klasik. Matematika jenis baru harus dikembangkan oleh teori lama yang berdasarkan bangunan konsep dari seorang filsuf phitaghoras.
Dalam matematika baru ini terdapatlah konsep-konsep semacam “ruang-fase”, di mana sebuah sistem didefinisikan sebagai sebuah titik yang memiliki derajat kebebasan sebagai koordinat, dan “operator”, besaran yang tidak mirip sama sekali dengan besaran aljabar dalam makna mereka lebih mirip sebuah operasi ketimbang sebagai sebuah besaran itu sendiri (pada kenyataannya mereka menyatakan hubungan, bukannya sebuah nilai yang tetap), memainkan satu peran yang penting. Teori peluang juga memainkan peranan yang penting, tapi dalam makna “peluang intrinsik”: ini adalah salah satu dari ciri hakiki dalam mekanika kuantum. Pada kenyataannya, mekanika kuantum harus diartikan sebagai sebuah gabungan bertumpuk dari semua jalur gerak yang mungkin ditempuh oleh sebuah sistem.

Determinisme dan Chaos

Determinisme dan Chaos


Muhammad Alifuddin

Teori chaos berkaitan dengan proses alam yang nampaknya kacau atau acak. Satu definisi kamus tentang chaos akan menunjukkan ketidakberaturan, kekacauan, keacakan, atau kebetulan: gerakan acak tanpa tujuan, kegunaan atau prinsip tertentu. Tapi, campur-tangan dari “kebetulan” murni dalam proses material akan mengundang masuknya faktor-faktor yang bukan-fisik, yaitu, metafisik: kehendak, campur tangan ilahi. Karena ia berkaitan dengan kejadian-kejadian yang “kebetulan”, maka ilmu chaos yang baru lahir itu memiliki implikasi-implikasi filsafati yang mendasar.
Proses alami yang pada awalnya dianggap sebagai acak dan kacau kini terbukti tunduk pada hukum-hukum ilmiah, menunjukkan satu basis kausal yang deterministik. Lebih jauh lagi, penemuan ini memiliki penerapan yang demikian luas, kalau tidak dapat disebut universal, sehingga ia telah mendorong satu cabang ilmu yang sama sekali baru - telaah tentang chaos. Ia telah menghasilkan satu cara pandang dan metodologi baru, beberapa orang akan menyebutnya satu revolusi, yang dapat diterapkan pada semua cabang ilmu yang ada sekarang. Ketika satu blok logam menjadi magnet, ia berubah ke dalam “keadaan teratur”, di mana semua partikelnya mengarah ke jurusan yang sama. Ia dapat diarahkan ke satu atau lain jurusan. Secara teoritik, ia “bebas” untuk mengatur dirinya ke jurusan apapun. Namun pada prakteknya tiap potongan kecil logam membuat “keputusan” yang serupa.

Antara Dongeng Dan Mitos

Antara Dongeng Dan Mitos

Penulis: Muh. Alifuddin


Dalam pembabakan kesusatraan, dongeng terbagi dalam legenda, cerita yang sama sekali tak masuk akal; sage, cerita yang terkait unsur sejarah;mitos, cerita yang mungkin terjadi;fabel, cerita yang berkisah tentang dunia binatang;dan hikayat, cerita yang berkisah tentang kepahlawanan. Jadi dalam hal ini mitos adalah bagian dari dongeng. Sebuah dongeng bisa berbentuk mitos ataupun yang lainnya.
Mitos sendiri berasal dari bahasa Yunani muthos, yang secara harfiah diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang; dalam pengertian yang lebih luas bisa berarti pernyataan, sebuah cerita atau alur drama. Mitos dalam bahasa inggris menunjuk pada mythology yang berarti studi tentang isi mitos maupun bagian-bagiannya. Sebuah buku yang berjudul Sex, Culture, and Myth hasil tulisan B. Malinowski, membedakan pengertian antara dongeng, legenda dan mitos. Menurut dia, legenda lebih sebagai cerita yang diyakini seolah-olah merupakan kenyataan sejarah, meskipun sang pencerita menggunakannya untuk mendukung kepercayaan-kepercayaan dari komunitasnya. Berkebalikan dengannya, dongeng mengisahkan peristiwa-peristiwa ajaib tanpa dikaitkan dengan suatu ritus tertentu. Dongeng dianggap sebagai sesuatu yang tak pernah benar-benar terjadi. Ia ada karena diadakan dalam pengertian lebih lanjut, hanyalah hasil khayalan dan imajinasi pelarian dari fakta. Atu bisa juga diartikan sebagai, seperti kata Freud, hanyalah suatu puncak dari ketidaksadaran keinginan manusia yang tak pernah terwujudkan. Ia hanya terkait dengan hiburan. Sedangkan mitos merupakan “pernyataan atas suatu kebenaran lebih tinggi dan lebih penting tentang realitas asali, yang masih dimengerti sebagai pola dan fondasi dari kehidupan primitif”.

SPIRITUALITAS PADA MILENIUM III

SPIRITUALITAS PADA MILENIUM III
Penulis: Muhammad Alifuddin

Apa yang menarik ketika disebutkan istilah ruang spiritualitas? Sebuah istilah yang sering digunakan untuk menunjuk entitas non-inderawi, immaterial dan berada pada fakultas mental. Spiritualitas sebagai tradisi memang semakin ramai dipraktekkan dan sebagai wacana sering dibicarakan orang. Mulai dari praktek–praktek magi (spiritism) kelas kampung hingga pada gerakan-gerakan spiritual tingkat dunia semacam New Age, spiritualitas seperti mewabah. Bahkan arti penting spiritualitas ini juga disebut-sebut dalam sebuah buku laris yang berjudul Megatrends 2000. Buku lain yang juga menyebut-nyebut spiritualitas ialah karangan Fritjof Capra yang berjudul: Science, Society, and Rising Culture (1997). Bahkan Capra — secara tidak langsung — berani berspekulasi, bahwa spiritualitas akan menjadi inspirasi penting bagi sebuah proses "titik balik" dalam peradaban baru yang dibayangkannya.   Istilah titik balik itu sangat menarik ketika Capra juga menyebut-nyebut adanya proses holistik dalam memandang realitas alam semesta (ekologi). Dunia dan isinya tidak hanya dilihat secara mekanistik menurut model Cartesian atau Newtonian, tetapi juga melibatkan unsur mistisisme dan pikiran-pikiran yang berasal dari terma agama-agama. Gagasan Capra itu tentu saja tidak aneh. Sebab sejak ribuan tahun yang lalu, entitas spiritual sudah dikenal oleh umat manusia dan menjadi sumber kearifan peradaban di masa lalu.

Dari Kritik Pemikiran Ke Kritik Politik

Dari Kritik Pemikiran

Ke Kritik Politik

Penulis: Muhammad Alifuddin

Hegelian Tua menekankan hanya Yang Nyata sajalah yang rasional. Sesuatu itu benar karena ia nyata. Patokan rasionalitas adalah kebertahanan di dunia nyata. Negara Hukum dan Protestanisme merupakan wujud dari Yang Rasional karena keduanya nyata saat ini dan kedudukannya lebih tinggi dari pencapaian sejarah sebelumnya. Segala bentuk praktek kehidupan nyata yang hendak mengubah atau meruntuhkan keduanya secara moral tidak baik karena menantang Kehendak Rasional yang mewujud itu. Semua harus menyesuaikan diri dengan perwujudan nyata Yang Rasional ini. Sia-sia belaka menentangnya karena Sejarah sudah menentukan pilihannya.
Hegelian Muda menekankan hanya Yang Rasional sajalah yang nyata. Mereka mengkritik kecenderungan Hegelian Tua untuk mengabaikan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan nyata. Di dalam yang nyata tidak jarang didominasi penyimpangan dari patokan rasional dan keyakinan buta yang irasional. Menurut Hegelian Muda, kenyataan menunjukkan adanya ketidakberesan. Kebebasan yang mustinya berlaku dalam Negara Hukum, nyatanya tidak. Negara bersifat represif dan tindakan negara sama sekali bukan cermin kepentingan semua orang. Negara sama sekali bukanlah wujud Kebebasan. Hasilnya adalah keterasingan politik individu-individu. Orang-orang tidak merasakan kepentingannya terwakili dalam perundang-undangan, kebebasannya terkungkung oleh praktik otoriter negara yang pura-pura jadi Negara Hukum.

Kegelisahan dan Makna Keberadaan Kita

Kegelisahan
dan Makna Keberadaan Kita
 


Penulis: Muhammad Alifuddin


Hidup yang tak pernah dipertanyakan adalah hidup yang sia-sia’. Minggu lalu kita tahu ini pernyataan Socrates. Tapi saya pikir-pikir lagi. Ternyata mempertanyakan hidup kita sama saja dengan mengotak-atik tempat kita berada di dunia ini. Pertanyaan yang biasanya muncul tentang hidup misalnya “dari mana kita berasal dan hendak ke mana kita berada?”, lalu disambung “untuk apa kita hidup?”, atau “apa sih makna hidup kita?”. Ini bukan pertanyaan sepele. Sepanjang sejarah, para filsuf berpusing-pusing ria berusaha menjawabnya; atau paling tidak mencoba menemukan kunci-kunci pembuka gudang jawaban. Bagi sebagian besar orang, pertanyaan seperti ini remeh-temeh belaka. Ini hanya pertanyaan tolol orang iseng yang tak punya kerjaan. Buat apa susah payah menjawab sendiri. Kita bisa copy-paste jawaban itu dari orang-orang bijak, nabi, ulama, pastor, atau para fasilitator yang pandai bicara. Tetapi persoalannya sesekali kita pasti menjadi orang yang tak punya kerjaan. Rutinitas keseharian memang seperti Bulan Ramadhan terhadap Setan yang membelenggu pertanyaan-pertanyaan eksistensial atau pertanyaan-pertanyaan yang menggugat arti hidup kita atau bahkan diri kita sendiri. Dalam perjalanan hidup, kita tidak jarang menemukan diri kita termenung dalam sunyi dan terpaksa membaca pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang berseliweran. Terutama ketika suasana hati tergugah oleh peristiwa yang mengguncang. Guncangan hidup yang kita alami hampir selalu memutus belenggu yang mengikat pertanyaan eksistensial. Mau tidak mau kita dihadapkan pada pertanyaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial juga biasanya menimbulkan guncangan. Seperti membuka Kotak Pandora, ketika satu pertanyaan coba di tanggapi, maka akan mengalirlah beribu pertanyaan turunannya. Manusia tidak akan sanggup hidup bila terus-menerus menanyakan keberadaannya. Inilah yang oleh psikolog dinamai sebagai krisis hidup. Dalam krisis inilah bisa terjadi perubahan-perubahan radikal dalam diri kita. Perubahan itu bisa bermacam bentuknya. Tetapi yang penting adalah ‘Apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus kita jawab? Bagaimana menjawabnya?‘

Evolusi Teori Propaganda

Evolusi Teori Propaganda
Penulis: Muhammad Alifuddin

Jejak arkeologis dari peradaban kuno telah memperlihatkan peninggalan berharga seperti baju, istana, patung dan berbagai catatan tertulis. Sejumlah peninggalan tertulis seperti Analects karya Kong Hu Cu merupakan  ringkasan prestasi penguasa yang digunakan untuk memobilisasi dukungan rakyat. Prestasi penguasa itu dipaparkan secara berlebihan sehingga muncul mitos dan berbagai kepercayaan di kalangan massa akan kehebatan dan keperkasaan para penguasa.
Kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang berasal dari kitab-kitab peninggalan lama menunjukkan teknik propaganda telah lama dipakai dalam berbagai peradaban. Penguasa merasa berkepentingan untuk membangun citra dirinya dihadapan rakyatnya. Bila citra agung telah ditetapkan dalam berbagai catatan yang boleh diketahui rakyat maka penghormatan dan otoritasnya dipercaya akan menguat.
Dalam berbagai penemuan sejarawan, terbukti bahwa tidak semua penguasa peradaban lama bebas dari bentuk-bentuk sifat jahat dan otoriter. Sifat diktatorial sering muncul dalam diri penguasa lama meskipun telah digambarkan sebagai penguasa yang adil dan jujur. Kontras antara sifat penguasa yang ternyata kejam dengan gambaran tertulis bahwa penguasa itu adil merupakan sebuah bukti bahwa para penguasa lama dan demikian juga terlihat dari penguasa modern ingin dilukiskan sebagai raja atau penguasa yang baik.

Filsafat Tanpa Kedaulatan Semantik

Filsafat Tanpa Kedaulatan Semantik
Penulis: Muhammad Alifuddin

FRANKY Budi Hardiman menggebrak dunia filsafat republik ini dengan bukunya berjudul Filsafat Fragmentaris. Buku tersebut berisikan tesis bahwa filsafat tak pernah menangkap totalitas melainkan fragmen-fragmen dari semesta kemungkinan. Di balik itu terselip tuduhan bahwa filsafat memiliki kegandrungan yang sesat akan totalitas.
Totalitas adalah inspirasi teologis yang menyusup diam-diam ke dalam filsafat. Bahwa manusia pertama diajarkan Tuhan nama benda-benda sehingga tak ada yang lolos dari kuasa semantiknya. Plato pun mengambil ajaran sufisme kuno Yunani (Orphisme) yang memandang jiwa terpenjara dalam tubuh. Karena itu, aspirasi pada totalitas selalu direcoki oleh desakan-desakan badani. Demi totalitas, Plato mengumumkan perang terhadap tubuh yang memenjara kita di dunia bayang-bayang.
Terlepas dari susupan teologis ke dalam filsafat, kegandrungan terhadap totalitas itu sendiri adalah patologis. Kegandrungan itu adalah delusi yang tak pernah diperiksa sungguh-sungguh. Delusi itu lolos dari pemeriksaan filsafat sebab kegandrungan akan totalitas mengalahkan kemauan para filsuf untuk melakukan refleksi diri.

Rabu, 25 November 2015

POLITIK KAMPUS MATAHARI BIMA



POLITIK KAMPUS MATAHARI BIMA
“Matahari bersinar dengan cela awan yang dibuat oleh tangan manusia. Ada yang mendapatkan cahayanya dengan tangan besi dan yang lainnya mendapatkan secerca cahaya atas dasar belas kasihan dan “usaha” yang mengadu domba bagian-bagian yang termarjinalkan”
“Matahari fajar pagi dimanfaatkan untuk pemberi fitamin bagi sang diktator, semuanya dimanfaatkan untuk kesuburannya, dengan berbagaicara, dengan usaha yang bagaiamanapun untuk mencapai tujuan, nasib yang malang untuk matahari yang dirintis oleh Kh. Ahmad Dahlan”

Pertama kali, ingatan kita pasti tertuju pada konflik “laten” antara PKI dan Agamawan. menyaksikan betapa persinggungan ekstrim antar ideologi telah menghantarkan suatu pertarungan sengit yang bermuara pada paham Idiologi. PKI, di saat jayanya itu, menjadi motor utama penggerak keyakinan bahwa Idiologi haruslah berada di bawah otoritas politik. Idiologi sekaligus merupakan cerminan dari kekuasaan yang mengungkungi, mensubordinasi, dan memperalatnya. Karena itu, Idiologi bukanlah barang langka yang harus tunduk pada keinginan sekelompok elite, karena ia mesti membaur dalam perjuangan kader-kader idiologi yang kemudian menciptakan suasana kebersamaan.

Manusia Tidak Hidup Dari Politik Saja

Manusia Tidak Hidup Dari Politik Saja

Penulis: Muh. Alifuddin

Gagasan sederhana ini “Manusia Tidak Hidup Dari Politik Saja” harus sepenuhnya dipahami dan dipikirkan oleh semua kalangan intelektual muslim untuk tujuan propaganda peradaban yang penuh dengan caruk maruk. Waktu yang berubah membawa nada yang berubah. Sejarah kehidupan kita sebelum revolusi dan keberadaan kita pada era kontemporer sekarang merupakan sejarah politik revolusioner. Literatur sejarah kehidupan kita, organisasi islam yang hadir dalam kehidupan kita semuanya dikuasai oleh kepentingan politik dalam pengertian yang paling langsung dan sempit dari kata tersebut.
Krisis revolusioner telah membuat kepentingan-kepentingan dan masalah-masalah politik bahkan lebih intensif. Parpol Islam harus merekrut elemen-elemen masyarakat yang paling aktif secara politik. Saat ini masyarakat sangatlah sadar akan pencapaian-pencapaian fundamental dari revolusi ini. Kita tidak perlu mengulang-ulang lagi dan lagi cerita mengenai hasil-hasil tersebut. Ini sudah tidak lagi menggugah pikiran masyarakat kita, dan justru lebih mungkin menghapus dari pikiran masyarakat pelajaran-pelajaran dari masa lalu. Dengan penaklukan kekuasaan dan konsolidasinya sebagai hasil dari perang saudara, masalah-masalah utama kita telah bergeser ke kebutuhan-kebutuhan kebudayaan dan rekonstruksi ekonomi. Mereka telah menjadi lebih rumit, lebih detil, dan lebih langsung. Namun, untuk membenarkan semua perjuangan sebelumnya dan semua pengorbanan kita, kita harus belajar memahami masalah-masalah kebudayaan yang beragam ini, dan menyelesaikan mereka satu-per-satu.

KONSEP ISLAM TERHADAP KEBUDAYAAN



KONSEP ISLAM
TERHADAP KEBUDAYAAN

Penulis: Muh. Alifuddin

Pengabdian yang mutlak kepada Allah Yang Maha Esa itu dalam merupakan bahagian yang pertama daripada rukun Islam yang utama; dibuktikan dengan syahadah LA ILAAHA ILLALLAH; manakala menatang-terima kaifiah dan cara melakukan pengabdian itu daripada Rasulullah SAW adalah merupakan bagian yang kedua daripada rukun utama itu, yang dibuktikan dengan syahadah MUHAMMADUR RASULULLAH, sebagaimana yang kita uraikan di bawah tajuk "LA ILAAHA ILLALLAH ialah panduan hidup. "Pengabdian yang mutlak kepada Allah Yang Maha Esa itu dalam bentuk mempertuhankan Allah saja dalam segi akidah, ibadah dan syariat. Yang demikian maka setiap orang Islam tidak boleh beriktikad bahawa sifat ketuhanan (uluhiyah) itu ada pada yang lain daripada Allah SWT, dan dia tidak boleh beriktikad bahawa ibadat itu perlu dilakukan kepada sesiapa pun dari kalangan makhlukNya; seperti juga dia tidak boleh percaya bahawa kekuasaan memerintah dan membuat undang-undang itu adalah kepunyaan seorang yang lain daripada Allah.
Kita telah terangkan mengenai arti dan maksud pengabdian dan kepercayaan, undang-undang dan kekuasaan, maka di dalam uraian ini kita akan kupas pula soal arti dan maksud "kekuasaan memerintah" dan hubungannya dengan soal kebudayaan. Sesungguhnya arti dan maksud "kekuasaan memerintah" di dalam konsep Islam tidaklah hanya terbatas di dalam bidang menerima undang-undang dan syariat daripada Allah saja, dan kerelaan menerima hukumNya berdasarkan undang-undang dan syariat itu saja, juga melaksanakan hukum dan undang-undang serta keputusan dengan berasas dan berpandu kepada-Nya saja; sebab maksud "syariat" di dalam Islam itu tidaklah terbatas di dalam lingkungan undang-undang saja, juga tidak hanya di didalam dasar dan sistem pemerintahan saja; bahkan pengertian sesempit ini tidak dapat mencakup konsep "syariat" mengikut kehendak Islam.

Apakah Kekuasaan Rangkap Telah Lenyap di Muhammadiyah Bima?



Apakah Kekuasaan Rangkap
Telah Lenyap di Muhammadiyah Bima?
 

Penulis: Muh. Alifuddin


Tidak. Kekuasaan rangkap masih tetap ada. Persoalan fundamental dari setiap pergantian kepemimpinan dalam setiap amal usaha muhammadiyah, persoalan kekuasaan Kepemimpinan, seperti dulu masih berada dalam keadaan tak tentu, tak mantap dan nyata bersifat peralihan.
Bandingkanlah persoalan kepemimpinan islam dan ormas islam ini (muhammadiyah Bima), misalnya si fulan, dari satu pihak, dan si ali, di pihak lain. Pandanglah laporan-laporan resmi hasil manipulasi sedang terjadi pada rapat-rapat mereka secara sepihak berdasarkan kepentingan kelompok sang pencetus gerakan muhammadiyah di Bima yang di sampaikan kepada PP muhammadiyah di jakarta, tentang bagaimana muhammadiyah itu “menunda-nunda” pendiskusian masalah-masalah yang paling vital, disebabkan ketidak mampuannya untuk mengambil sebarang arah yang pasti.
Bacalah dengan teliti fakta rangkap jabatan ini, yang dimulai sejak kekuasaan ditangan sang diktator, mereka memainkan peran mengenai persoalan yang paling hakiki, paling penting, yaitu persoalan muhammadiyah mengatasi kekacauan sosial dalam hal TBC dan menghindarkan bencana yang mengancam diri mereka dan orang akan menjadi yakin bahwa kekuasaan rangkap itu adalah samasekali tidak disinggung.

Selasa, 03 November 2015

islam dan kemesraan politik

ISLAM DAN KEMESRAAN POLITIK

Sebuah Pengantar
Sejarah politik ditengah masyarakat egaliter islam mengawali sejarah keharmonisan politik islam, dengan sikap egalitarianisme menempatkan islam sebagai agama sekaligus negara dalam konsep hablum minallah wa hablumminannas. Dengan konsep egaliter umat menjadi satu dengan membentuk peradaban madani, melauli dakwah terbuka di kota madinah rasulullah menerapkan konsep kesederajatan dalam tingkatan sosial sehingga terwujud semngat jihad umat dalam mempelajari islam. Konsep awal egalitarianisme islam diteruskan oleh para sahabat dalam meneruskan perjuangan dakwah dan jihad islam. Tantangan egaliter islam adalah kemunculan perjungan islam dengan sistim dagang dan peluasan wilayah islam di berbagai daerah dan awal kemunculan penelitian ilmiah dikalangan cendekiawan islam tentang persoaan keadilan mengenai keterpaksaan dan kebebasan dalam persolan kemanusia baik dalam sistem ekonomi, politik, budaya dan kenegaraan yang ditandai dengan kemunculan mazhab dalam islam,

Kamis, 29 Oktober 2015

IMM sebagai Gerakan Pembebasan

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
SEBAGAI GERAKAN PEMBEBASAN

A. Pendahuluan
          Pergolakan mahasiswa telah lama terbangun sejak masa penjajahan sampai masa kemerdekaan dan sekarang. Tentunya cita-cita dan kondisi perjuangan mahasiswa berbeda setiap zamannya. Pada masa pra kemerdekaan tujuan dan kondisi perjuangan mahasiswa Indonesia adalah merebut dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Lain halnya ketika masa post kemerdekaan perjuangan mahasiswa beralih menjadi gerakan penyeimbang dan pengontrol kinerja pemerintah. Dalam film Soe Hok Gie digambarkan bahwa pada tahun 1965 mahasiswa berbondong-bondong dalam aksi menolak pemerintahan orde lama. Selain itu tahun 1998 terjadi sebuah revolusi besar yang dilakukan mahasiswa terhadap pemerintahan Indonesia dengan mengundurkannya dictator orde baru yaitu presiden Soeharto. Akan tetapi ternyata polemic Negara kita tidak pernah selesai maka dengan demikian tugas mahasiswa sebagai agen perubahan, agen control, dan intelektual takan pernah selesai.

Catatan Kader



ANTARA HARAPAN DAN KEKELIRUAN

Ketika Jiwa tak lagi stabil, ketika hasrat tidak terpenuhi,
sikapi dengan nafsu, sikapi dengan kehendak akal.

Berlariku mengejar mimpi, diamku menjadi beban,
Ku ingin semua hal cepat dan tepat, tanpa loading tanpa proses

Dunia memang sudah instan, kehidupan makin sempit, lagkahku-pun terhalang.
Aku lahir untuk di binasakan oleh kawan, aku lahir di jadikan budak kepentingan,
Ku pikirkan ini sejak aku lahir.


Menjadi beban yang besar ketika kehidupan di kuasai dengan kehendak nafsu, saya lahir dengan kemampuan yang standar mencoba menguasai dunia dengan nafsu, ke egoisan sikap dan tindakan membawa pada dampak marjinalisasi kejiwaan, melawan kehendak dengan kelelahan berpikir, aku dan semua harapan dalam genggaman nafsu. Kini menjadi tugasku menjalani hidup ini tanpa harus berbuat, kini kudiamkan semuanya demi ketenangan batinku, aku harus menghindar dari semua perkelahian ini anatar kau dan mereka.

Rabu, 21 Oktober 2015

Dokumenter PIKOM Alif periode 2014/2015

IDEOLOGI GERAKAN IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
 
 
Pengantar
Sebuah identitas yang bisa membedakan IMM dari organisasi-organisasi lain di saat organisasi-organisasi kepemudaan yang lain mulai terperosok pada jerat kekuasaan dan politik vertical, IMM tetap bersih dan selalu berusaha bersih.
Ketika situasi nasional mengarah pada demokrasi terpimpin yang penuh gejolak politik di tahun 1960-an, dan perkembangan dunia kemahasiswaan yang terkotak-kotak dalam bingkai politik dengan meninggalkan arah pembinaan intelektual, beberapa tokoh angkatan muda Muhammadiyah seperti Muhammad Djaman Alkindi, Rosyad Soleh, Amin Rais dan kawan-kawan memelopori berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Yogyakarta pada tanggal 14 Maret 1964.

Selasa, 20 Oktober 2015

“Membumikan Tauhid Sosial, Menuju Reformasi Sosial”


Membumikan Tauhid Sosial, Menuju Reformasi Sosial

Penulis: Muh. Alifuddin
Mahasiswa S1 PAI IAI Muhammadiyah Bima


Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, Muhammadiyah hampir-hampir tidak bisa diragukan bahwa organisasi ini telah banyak memberikan kontribusinya pada bangsa sepanjang sejarahnya Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, Muhammadiyah hampir-hampir tidak bisa diragukan bahwa organisasi ini telah banyak memberikan kontribusinya pada bangsa sepanjang sejarahnya. Dengan jumlah pengikut yang cukup besar, kira-kira 15 sampai 20 juta jiwa, Muhammadiyah telah menempatkan diri sebagai ormas Islam terbesar kedua, setelah NU di nusantara ini. Muhammadiyah, oleh sebab itu tetap akan disorot apa kontribusinya dengan perkembangan dan kemajuan bangsa ini.

Sebagai gerakan sosial, Muhammadiyah sepanjang sejarahnya telah menampilkan diri sebagai sebuah fenomena gerakan dalam kehidupan keagamaan yang unik di Indonesia. Sebagai organisasi, Muhammadiyah telah membuktikan bahwa dia bukanlah sekadar gerakan pendidikan, atau khusus sosial keagamaan, melainkan juga gerakan yang sangat aktif mendorong kebangkitan kembali masyarakat muslim Indonesia. Selain sumbangannya yang mengesankan dalam bidang pendidikan, dalam bidang sosial, dalam bidang politik, sayap perempuan dalam Muhammadiyah, yakni Aisyiyah merupakan sayap gerakan perempuan yang paling kondusif dan progresif di dunia muslim manapun. (Alwi Shihab, 1999)


Bahkan, selain itu, dalam pandangan tokoh nahdhiyin ini, Muhammadiyah sebenarnya memiliki sekurang-kurangnya empat peran penting yang antara satu dengan lainnya sangat terkait. Keempat tersebut adalah; sebagai agen gerakan pembaruan; sebagai agen perubahan sosial; sebagai kekuatan sosial politik; dan juga sebagai gerakan “membendung secara aktif” misi-misi Kristenisasi di Indonesia. (Shihab, 1999)

Apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam empat wilayah gerakannya, telah menempatkan Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan Islam di Indonesia yang cukup diperhitungkan dalam upaya melakukan “pembersihan-pembersihan” praktik-praktik keagamaan yang menyimpang, sebagai praktek bid’ah dan khurafat yang sangat menonjol pada masa-masa pra kemerdekaan dan awal kemerdekaan, bahkan sebenarnya sampai saat ini.

Sementara, dalam wilayah gerakan sosial, Muhammadiyah telah dengan sendirinya menempatkan diri sebagai organisasi sosial yang “hampir sempurna” dalam melakukan proses-proses pencerahan, perubahan dan pengembangan masyarakat melalui jalan modernisasi. Modernisasi dalam arti tidak menjadikan hal-hal material dan duniawi sebagai “kiblat” tetapi modernisasi sebagai sebuah model untuk melihat fenomena-fenomena yang terjadi di nusantara. Muhammadiyah telah memberikan kontribusinya yang cukup memadai dalam melakukan proses modernisasi dalam masyarakat muslim Indonesia.

Muhammadiyah diakui atau tidak dengan “proyek modernisasi” telah menjadikan bangsa ini memiliki harga diri yang tinggi dan memiliki kedaulatan di tengah percaturan global yang sarat dengan manipulasi-manipulasi. Muhammadiyah telah meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang modern. Inilah sumbangan paling berharga dari Muhammadiyah sebab model-model tradisional yang pernah menjadi bagian kehidupan bangsa ini, perlahan-lahan berubah sebagai akibat dari cara pandang tentang modernisasi.

Kritikan gerakan Sosial Muhammadiyah Bima
 Prof. Dr. H. A. Mukti Ali ketika mengantarkan buku Dr. Mitsuo Nakamura ”Matahari Terbit di Balik Pohon Beringin” menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan serba wajah, sebutan ini dimaksudkan untuk menunjukkan keragaman aktifitas Muhammadiyah. Seperti dimaklumi, Muhammadiyah menyelenggarakan aktifitas dalam bidang tabligh, pendidikan, ekonomi, dan juga politik. Dengan demikian, Muhammadiyah di kalangan luar dipandang sebagai organisasi keagamaan, organisasi sosial, organisasi pendidikan. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan, Muhammadiyah tercatat di Departemen Agama, Departemen Pendidikan, Departemen Sosial. Bahkan pada tahun 1966 lewat surat Wakil Perdana Menteri Bidang Sospol dan Menddagri, Muhammadiyah dinyatakan sebagai ”orsospol” , yakni organisasi massa yang mempunyai fungsi politik riil dalam masyarakat Indonesia. 
perkembangan muhammadiyah dewasa....******Lanjut Pekan Depan..
 

Selasa, 13 Oktober 2015

Analisis Buku Francis Fukuyama “ The End of History “

Akhir Sejarah?

Francis Fukuyama pernah menulis sebuah tesis yang fenomenal, mengenai akhir dari sejarah dunia. Bentuk ideal pemerintahan telah ditemukan, dan demokrasi liberal adalah pemenangnya. Pertentangan antar ideologi adalah masa lalu, begitu juga konflik-konflik besar. Pandangan-pandangan Fukuyama ini berdasarkan pada runtuhnya komunisme yang ditandai dengan berakhirnya perang dingin. Fukuyama mengatakan bahwa kemenangan Barat, merupakan, bukti kuat pudarnya sistem alternatif yang ada bagi liberalisme barat. Tulisan berikut merupakan resume dari buku “Amerika dan Dunia”. Artikel Fukuyama berikut, ditulis dalam detik-detik menuju keruntuhan Uni Soviet.

Organisasi Islam Moderat Perlu Lebih Aktif ke Kampus

Islam Moderat Perlu Lebih Aktif ke Kampus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar sosiologi agama Prof Dr Bambang Pranowo menyatakan, organisasi Islam moderat, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah perlu lebih aktif masuk ke kampus untuk memberikan pemahaman Islam moderat kepada kalangan mahasiswa.
Menurutnya, pemahaman Islam moderat di kalangan mahasiswa perlu diperkuat untuk mencegah masuknya pengaruh paham kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"Karena mahasiswa adalah pasar potensial yang dibidik ISIS untuk mencari anggota baru," kata Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu di Jakarta, Selasa (15/9).
Ia pun mengapresiasi upaya yang dilakukan pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam mencegah paham radikal dengan melakukan sosialisasi bahaya ISIS kepada masyarakat, termasuk masyarakat kampus.
ISISNamun, kata dia, upaya itu harus ditindaklanjuti dengan penguatan pemahaman tentang Islam moderat, karena ISIS menggunakan Islam untuk menjalankan propagandanya.
"Pemerintah bisa merangkul berbagai lembaga terkait lainnya untuk melakukan sosialisasi dan penguatan pemahaman Islam moderat ini, terutama di kampus-kampus," kata dia.

Saifuddin Ibrahim "Lulusan Universitas Muhammadiyah Surakarta"

Kesaksian Saifuddin Ibrahim "Lulusan Universitas Muhammadiyah Surakarta"


Gratis Download Kesaksian ini.. .Dengar & Download Mp3
BAB I
Mondok, nyantri
Saifuddin Ibrahim, nama yang diberikan orang tua saya. Nama kecil : One Pela atau One Prado. Ayah guru agama. Belajar mengaji dari ibu dan nenek. Dari keduanyalah saya memahami betapa jauhnya pemahaman ajaran Qur’an dan Alkitab terutama dalam hal sejarah. Saya menyelesaikan SMA di BIMA. Puji Tuhan saya mendapat beasiswa kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan mengikuti pendidikan agama di pondok Hajjah Nuriyah Shabran Surakarta. Fakultas Ushuluddin jurusan perbandingan agama. Setelah kuliah, saya mengajar di Bangsri Jepara, 1996 dan mengajar di Pesantren Darul Arqom Sawangan Depok Jabar.

Kesaksian ini saya bukukan karena alasan bahwa iman tidak bisa disembunyikan. Iman harus dinyatakan dalam bentuk amal dan ilmu. Alasan kedua bahwa manusia tidak boleh membangkitkan sentimen agama untuk membenci sesama manusia. Ketiga bahwa Alkitab adalah warisan zaman yang lengkap dengan falsafah hidup toleransi dan damai dan solutif bagi semua persoalan manusia.

Tahun 1999 saya mengajar di Haurgeulis Indramayu, pesantren terbesar di Indonesia. Luasnya 1200 hektar. Sarana pembelajaran lengkap. Di tengah-tengah kampus berdiri masjid raksasa tujuh lantai dengan kapasitas 150,000 jemaah. Ruang bawah tanah dapat menampung 1000 mobil parkir. Lahan yang 1000 untuk pertanian dan peternakan. Dari hasil pertanian, pesantren ini sudah mampu memenuhi 50% keperluan beras, buah dan sayuran. Peternakan, pertanian, perikanan semua maju pesat. Ketika saya keluar dari pesantren, ada 1500 kepala sapi dari berbagai jenis, 2000 kepala domba, 1500 kambing peranakan Etawa. Dan telah mampu melakukan konversi lahan tandus menjadi ekosistem yang sejuk. Seluruh yang dihajatkan oleh penghuni modern telah siap, ada laundry, kitchen set, toserba, pos giro bahkan bank. Sehari-hari ada 11000 siswa, 2500 karyawan dan 800 guru. Saya adalah dewan guru 12, kepala Humas dan editor majalah AL Zaytun. Setiap hari yayasan harus memasak beras 5 ton, tempe 1 ton, tahu 1 ton buah-buahan 4 ton, sayur 4 ton. Pekerjaan apapun dilakukan sendiri oleh yayasan.

Muhammadiyah Harus Berperan Sebagai ''Wasit Moral''


Malang  - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengingatkan agar orang-orang Muhammadiyah jangan mau dicabik-cabik untuk kepentingan elit politik atau politisi, terutama menjelang Pemilihan Presiden 2014.
"Muhammadiyah harus punya daya tahan, jangan sampai terseret arus," ujar Din, dalam Kajian Ramadan "Rekonstruksi Masa Depan Berbasis Kejernihan Qalbu", di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM,  Sabtu (5/7).
Muhammadiyah, ujar Din, harus bisa menjadi wasit moral, jangan sampai ada gontok-gontokan. Namun, ia menilai, fakta yang terjadi dalam tiga hari terakhir ini tidak hanya organisasi saja yang terbelah, negeri ini dan Islam pun juga terbelah hanya karena "syahwat politik".
Dia menilai, menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014, terutama dalam tiga hari terakhir kondisi politik negeri ini sudah berlebihan, banyak komponen masyarakat hingga organisasi pun ikut terbelah. Bahkan, kata Din, dirinya diyakinkan banyak pihak bahwa dalam proses pilpres nanti secara teoritis hasilnya hanya selisih tipis akan berpotensi rusuh.