Membangun Budaya membaca, menulis Kader IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BIMA

Selasa, 20 Oktober 2015

“Membumikan Tauhid Sosial, Menuju Reformasi Sosial”


Membumikan Tauhid Sosial, Menuju Reformasi Sosial

Penulis: Muh. Alifuddin
Mahasiswa S1 PAI IAI Muhammadiyah Bima


Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, Muhammadiyah hampir-hampir tidak bisa diragukan bahwa organisasi ini telah banyak memberikan kontribusinya pada bangsa sepanjang sejarahnya Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, Muhammadiyah hampir-hampir tidak bisa diragukan bahwa organisasi ini telah banyak memberikan kontribusinya pada bangsa sepanjang sejarahnya. Dengan jumlah pengikut yang cukup besar, kira-kira 15 sampai 20 juta jiwa, Muhammadiyah telah menempatkan diri sebagai ormas Islam terbesar kedua, setelah NU di nusantara ini. Muhammadiyah, oleh sebab itu tetap akan disorot apa kontribusinya dengan perkembangan dan kemajuan bangsa ini.

Sebagai gerakan sosial, Muhammadiyah sepanjang sejarahnya telah menampilkan diri sebagai sebuah fenomena gerakan dalam kehidupan keagamaan yang unik di Indonesia. Sebagai organisasi, Muhammadiyah telah membuktikan bahwa dia bukanlah sekadar gerakan pendidikan, atau khusus sosial keagamaan, melainkan juga gerakan yang sangat aktif mendorong kebangkitan kembali masyarakat muslim Indonesia. Selain sumbangannya yang mengesankan dalam bidang pendidikan, dalam bidang sosial, dalam bidang politik, sayap perempuan dalam Muhammadiyah, yakni Aisyiyah merupakan sayap gerakan perempuan yang paling kondusif dan progresif di dunia muslim manapun. (Alwi Shihab, 1999)


Bahkan, selain itu, dalam pandangan tokoh nahdhiyin ini, Muhammadiyah sebenarnya memiliki sekurang-kurangnya empat peran penting yang antara satu dengan lainnya sangat terkait. Keempat tersebut adalah; sebagai agen gerakan pembaruan; sebagai agen perubahan sosial; sebagai kekuatan sosial politik; dan juga sebagai gerakan “membendung secara aktif” misi-misi Kristenisasi di Indonesia. (Shihab, 1999)

Apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam empat wilayah gerakannya, telah menempatkan Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan Islam di Indonesia yang cukup diperhitungkan dalam upaya melakukan “pembersihan-pembersihan” praktik-praktik keagamaan yang menyimpang, sebagai praktek bid’ah dan khurafat yang sangat menonjol pada masa-masa pra kemerdekaan dan awal kemerdekaan, bahkan sebenarnya sampai saat ini.

Sementara, dalam wilayah gerakan sosial, Muhammadiyah telah dengan sendirinya menempatkan diri sebagai organisasi sosial yang “hampir sempurna” dalam melakukan proses-proses pencerahan, perubahan dan pengembangan masyarakat melalui jalan modernisasi. Modernisasi dalam arti tidak menjadikan hal-hal material dan duniawi sebagai “kiblat” tetapi modernisasi sebagai sebuah model untuk melihat fenomena-fenomena yang terjadi di nusantara. Muhammadiyah telah memberikan kontribusinya yang cukup memadai dalam melakukan proses modernisasi dalam masyarakat muslim Indonesia.

Muhammadiyah diakui atau tidak dengan “proyek modernisasi” telah menjadikan bangsa ini memiliki harga diri yang tinggi dan memiliki kedaulatan di tengah percaturan global yang sarat dengan manipulasi-manipulasi. Muhammadiyah telah meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang modern. Inilah sumbangan paling berharga dari Muhammadiyah sebab model-model tradisional yang pernah menjadi bagian kehidupan bangsa ini, perlahan-lahan berubah sebagai akibat dari cara pandang tentang modernisasi.

Kritikan gerakan Sosial Muhammadiyah Bima
 Prof. Dr. H. A. Mukti Ali ketika mengantarkan buku Dr. Mitsuo Nakamura ”Matahari Terbit di Balik Pohon Beringin” menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan serba wajah, sebutan ini dimaksudkan untuk menunjukkan keragaman aktifitas Muhammadiyah. Seperti dimaklumi, Muhammadiyah menyelenggarakan aktifitas dalam bidang tabligh, pendidikan, ekonomi, dan juga politik. Dengan demikian, Muhammadiyah di kalangan luar dipandang sebagai organisasi keagamaan, organisasi sosial, organisasi pendidikan. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan, Muhammadiyah tercatat di Departemen Agama, Departemen Pendidikan, Departemen Sosial. Bahkan pada tahun 1966 lewat surat Wakil Perdana Menteri Bidang Sospol dan Menddagri, Muhammadiyah dinyatakan sebagai ”orsospol” , yakni organisasi massa yang mempunyai fungsi politik riil dalam masyarakat Indonesia. 
perkembangan muhammadiyah dewasa....******Lanjut Pekan Depan..
 

Tidak ada komentar: