ANTARA HARAPAN DAN
KEKELIRUAN
Ketika
Jiwa tak lagi stabil, ketika hasrat tidak terpenuhi,
sikapi
dengan nafsu, sikapi dengan kehendak akal.
Berlariku
mengejar mimpi, diamku menjadi beban,
Ku
ingin semua hal cepat dan tepat, tanpa loading tanpa proses
Dunia
memang sudah instan, kehidupan makin sempit, lagkahku-pun terhalang.
Aku
lahir untuk di binasakan oleh kawan, aku lahir di jadikan budak kepentingan,
Ku
pikirkan ini sejak aku lahir.
Menjadi beban
yang besar ketika kehidupan di kuasai dengan kehendak nafsu, saya lahir dengan
kemampuan yang standar mencoba menguasai dunia dengan nafsu, ke egoisan sikap
dan tindakan membawa pada dampak marjinalisasi kejiwaan, melawan kehendak
dengan kelelahan berpikir, aku dan semua harapan dalam genggaman nafsu. Kini
menjadi tugasku menjalani hidup ini tanpa harus berbuat, kini kudiamkan
semuanya demi ketenangan batinku, aku harus menghindar dari semua perkelahian
ini anatar kau dan mereka.
Catatan ini
ingin memberikan rasa tenang pada jiwa yang dipermainkan, jiwa yang di gantung
dengan belati harapan, meski kutau dulu kalian menginginkan aku untuk hadir
dalam kehidupan itu, tapi sekarang semua menjadi beban, semua menjadi masalah.
Berhentiku sejenak melihat rupamu yang penuh cahaya, yang penuh kegembiraan,
karena engkau telah menangkan persidangan Tuhan dan aku.
Sedih melihat
keadaan ini, satu sikap yang mencengangkan hadir dalam tubuh itu, menjadi
penyakit yang mendarah daging yang sulit di pisahkan dengan bahan kimia
manapun, jiwa telah menjadi batu, menjadi Tuhan dalam kebenaran kelompok yang
suatu saat ada generasi terbaik bersamaku untuk menghadang kegelisahan ini.
Ciptakan sejarah
dalam paradigmaku, ciptakan idiologi dalam subjektifitas reposisi dan ciptakan
keangkuhan untuk menjadi kuat, sebab dulu alam ini indah dalam idiologimu, aku
tak peduli kau mau penciptan apa? Asalkan jangan membebani saya ketika kau
tanpil dalam mimbar-mimbar kesuksesan.. aku tunggu.
Dunia yang
diciptakan dengan tangan besi dan hasrat, tanpa melihat Tuhan hadir dalam
setiap kemunafikan itu dalam rangka menyaksikan perilaku dosa yang terus
bergulir dalam generasi – generasi terbaik idiologi itu, melarang berbuat jahat
untuk berfastabiqul khairat adalah pengertian yang mulia ketiak ku beranjak
bersama mereka, kini menjadi sangat sederhana dan membingungkan, entah pahaman
ini sudah tidak bermakna lagi ketika banyak persolaan yang mereka ciptakan
dalam kediamannya yang selama ini terstruktur dengan baik.
Persoalan yang
mendasar adalah ketika kalian tidak memahami ini, ketika jalan buntu yang kita
temukan dalam ciptaan mau tidak mau merekalah yang kita butuhkan, dikarnakan
merekalah yang memegang kendali dari semua kebutuhan itu, munafik ketika kita
berbicara idialisme dalam sikap netral, turbulesi ini yang kita nikmati
sekarang.
Saya gambarkan
persoalan ini untuk mencerahkan kita semua tentang berbagai persoalan yang kita
hadapi sekarang, semakin lama tidak akur, mereka sengaja menciptakan ketidak
aturan ini, dikarna sikap keditatoran yang diciptakan dengan desain yang
tersitematis, kini menjadi tugas kita untuk berfastabiqul khairat lebih-lebih
diri kita, dengan keyakina saya pasti aka ada akhir dari semua polemik ini. Harapan
dan kekliruan yang beraris dihadapan kita akan diperhadapkan dengan nilai, sebuah
fatwa yang muncul dimulut kakandaku “Menjaga Marwah Organisasi” mereka dalah
kelompok elit yang tidak tau dosa dan kekeliruan yang tidak pernah melanggar
AD/ART dan peraturan, saya menyaksikan ini dengan Harapan, saya melihat ini
penuh dengan kekeliruan. (aLiF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar