Malang - Ketua Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Din Syamsuddin mengingatkan agar orang-orang Muhammadiyah jangan
mau dicabik-cabik untuk kepentingan elit politik atau politisi, terutama
menjelang Pemilihan Presiden 2014.
"Muhammadiyah harus punya daya tahan, jangan sampai terseret
arus," ujar Din, dalam Kajian Ramadan "Rekonstruksi Masa Depan
Berbasis Kejernihan Qalbu", di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM,
Sabtu (5/7).
Muhammadiyah, ujar Din, harus bisa menjadi wasit moral, jangan
sampai ada gontok-gontokan. Namun, ia menilai, fakta yang terjadi dalam tiga
hari terakhir ini tidak hanya organisasi saja yang terbelah, negeri ini dan
Islam pun juga terbelah hanya karena "syahwat politik".
Dia menilai, menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014,
terutama dalam tiga hari terakhir kondisi politik negeri ini sudah berlebihan,
banyak komponen masyarakat hingga organisasi pun ikut terbelah. Bahkan, kata
Din, dirinya diyakinkan banyak pihak bahwa dalam proses pilpres nanti secara
teoritis hasilnya hanya selisih tipis akan berpotensi rusuh.
"Kalau hal itu sampai terjadi, negeri ini dihadapkan pada
jurang kehancuran, apalagi kekuatan asing sudah menunggu dengan caranya
sendiri," ujarnya, mengingatkan. Pada kesempatan itu Din juga mengajak
seluruh anggota Muhammadiyah untuk ikut menyukseskan pilpres dan
berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS) pada 9 Juli 2014, dan
anggota maupun kader Muhammadiyah tidak boleh golput.
Hanya saja, Din menekankan, ketika memilih seorang calon pemimpin
harus mengedepankan rasionalitas, integritas, moral, dan apakah calon tersebut
agamis. "Kalau memilih pemimpin hanya karena intriknya, apalagi hanya
karena imbalan materiil, maka itu namanya jahat sekali dan orang bersangkutan
tidak cerdas sama sekali," katanya.
Selain itu, Din mengemukakan, jika masih kurang yakin dengan
pilihannya, maka berdoalah dan lakukan shalat istikharah terlebih dahulu
sebelum datang ke tempat pemunggutan suara (TPS) karena untuk menentukan nasib
bangsa lima tahun ke depan.
"Saya juga tidak setuju kalau pilpres ini dipersepsikan
sebagai perang, apalagi sampai perang badar, sebab di sini tidak ada perang
fisik dan tidak ada kaitannya dengan perang agama," ujarnya. Berkaitan
dengan kedua calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres), ia menilai,
keduanya ada sisi baiknya dan ada sisi kurang baiknya. "Saya juga mengenal
semua calon, dan Muhammadiyah kita dorong saja sebagai wasit moral yang tidak
memihak capres siapapun," demikian Din Syamsuddin.
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua capres
dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-M. Jusuf Kalla
(Jokowi-JK). (dzar)
Sumber : http://www.muhammadiyah.or.id/id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar