POLITIK KAMPUS MATAHARI BIMA
“Matahari bersinar
dengan cela awan yang dibuat oleh tangan manusia. Ada yang mendapatkan
cahayanya dengan tangan besi dan yang lainnya mendapatkan secerca cahaya atas
dasar belas kasihan dan “usaha” yang mengadu domba bagian-bagian yang
termarjinalkan”
“Matahari fajar pagi
dimanfaatkan untuk pemberi fitamin bagi sang diktator, semuanya dimanfaatkan
untuk kesuburannya, dengan berbagaicara, dengan usaha yang bagaiamanapun untuk
mencapai tujuan, nasib yang malang untuk matahari yang dirintis oleh Kh. Ahmad
Dahlan”
Pertama kali, ingatan kita pasti tertuju pada
konflik “laten” antara PKI dan Agamawan. menyaksikan betapa persinggungan
ekstrim antar ideologi telah menghantarkan suatu pertarungan sengit yang
bermuara pada paham Idiologi. PKI, di saat jayanya itu, menjadi motor utama
penggerak keyakinan bahwa Idiologi haruslah berada di bawah otoritas politik. Idiologi
sekaligus merupakan cerminan dari kekuasaan yang mengungkungi, mensubordinasi,
dan memperalatnya. Karena itu, Idiologi bukanlah barang langka yang harus
tunduk pada keinginan sekelompok elite, karena ia mesti membaur dalam
perjuangan kader-kader idiologi yang kemudian menciptakan suasana kebersamaan.